Oleh: Nur Rohman, Mantan Direktur Fundraising LazisNU
Hidup di zaman modern ini kita harus cerdas, distrupsi atau guncangan yg dialami oleh dunia sekarang ini Salah satunya disebabkan oleh teknologi kekinian. Teknologi menyambungkan jarak jauh menjadi dekat, lambat menjadi cepat, hilangnya batas-batas diantara masyarakat. Dulu untuk mengumpulkan orang sekecamatan butuh waktu berminggu-minggu bahkan bulanan. Karena silaturahmi antar satu dan yang lain dilakukan dengan cara manual, bahkan bertemu fisik. Tapi sekarang karena teknologi orang satu kecamatan bisa dikumpulkan dalam waktu yg sangat cepat. Jangankan satu kecamatan, kabupaten atau bahkan seIndonesia, dunia ini sudah sangat cepat perubahan dan pergerakannya.
Distrupsi atau guncangan jaman sekarang ini sungguh dahsyat pengaruh bagi semua kalangan terlebih Kaum Nahdliyyin. Orang NU itu kuno, norak dan tidak bisa mengikuti tuntunan jaman. NU itu ya kuno atau jaman old, benar memang karena bagi warga Nahdliyyin punya prinsip menjaga hasanah yg diajarkan para pendahulu atau muhafadoh 's la Al khodim as sholih. Tapi jangan salah bahwa orang NU juga punya prinsip wal Akhdzu bol jadid Al ashlah. Prinsip ini yg kemudian menghantarkan NU kepada stabilitas kejayaan sampai sekarang, bahkan dimasa yang akan datang. Karena prinsip wal Akhdzu bol jadid Al ashlah disempurnakan dengan Al aslah ila ma huwal aslah, tsummal aslah, tsummal aslah, tsummal aslah dan setrusnya sampai akhir zaman.
NU kekinian, NU melinial, NU yg adaptif di semua lini kehidupan. Bahkan urusan technology NU juga tidak kalah ketinggalan untuk sekarang. Sembilan puluh satu juta warga Nahdliyyin sekarang harus berusaha semaksimal mungkin untuk kemandirian dalam hidupnya. Kemandirian akan tercapai jika 4 pilar dalam masyarakat bersinergi; pertama dengan Ilmunya Ulama, kedua dengan Pemerintah yg Adil atau Good Government, ketiga dengan Kedermawanan para agniya (orang kaya), keempat dengan Do'a para kaum dhuafa. Alhadist"
Perpres 2014 no 166 memberikan legitimasi tentang penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat Indonesia. Tahun 2017 kemiskinan Nasional 27.17 juta jiwa. Sebesar 10.64 persen dari penduduk Indonesia 262 juta jiwa lebih. Hal ini juga sejalan dengan yg di canangkan oleh Pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dengan membuat TNP2K atau Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Tidak tanggung-tanggung TNP2K langsung di komando oleh semua wakil dari pemerintah dari mulai wakil presiden, wakil gubernur dan wakil bupati atau wakil wali kota.
Tidak cukup pemerintah saja yang akan menyelesaikan urusan kemandirian masyarakat, butuh semua stakeholder dinegeri tercinta ini harus bahu-membahu untuk menyelesaikan urusan yang tidak akan pernah selesai sampai akhir zaman ini. Dalam berperan untuk kemandirian masyarakat juga harus ada sinergi lintas sektor dan lintas stakeholders, baik dari government maupun non government. Komitmen Nahdlatul Ulama dalam bersinergi dengan pemerintah selalu ditunjukkan terlebih dalam urusan dengan kemasyarakatan. Dalam Muktamar NU ke 33 di jombang Setidaknya ada 3 bidang yg harus menjadi konsentrasi program keumatan, NU mendorong kemandirian dengan 3 pilar terpenting dalam kehidupan.
Pertama bidang Ekonomi; kemandirian ekonomi selalu menjadi sektor primadona baik ekonomi kreatif, ekonomi mikro baik ritail maupun non ritail. Disetiap kesempatan Rois ‘Aam PBNU KH. Ma’ruf Amin selalu menyampaikan gagasan dan komitmen beliau tentang ekonomi keumatan. Sehingga sekarang kita kenal dengan Arus Baru Ekonomi Indonesia. Gagasan ini pada prinsipnya mengubah arah dari top down menjadi buttom up, kedaulatan ekonomi ditangan umat. Beliau juga mendorong percepatan-percepatan kemandirian itu didalam tubuh Nahdlatul Ulama dengan menggunakan instrument ZISWAF. Alharakah annahdliyyah lil zakah, merupakan spirit yang Kyai Ma’ruf Amin hembuskan sehingga gerakan zakat di Nahdlatul Ulama menggeliat di semua lini dan jaringan dari mulai ranting, MWC, PC, bahkakan cabang luar negri mulai dari Hongkong, Taiwan, Jepang, dll.
Kedua; pendidikan, baik formal maupun non formal dari mulai pendidikan Agama dan Umum bahkan skil. Komitmen NU dalam pendidikan ke masyarakat ini sudah tidak lagi diragukan oleh Masyarakat Indonesia bahkan dunia. Dua puluh enam ribu pesantren tersebar di seluruh Indonensia, Universitas-Universitas Nahdlatul Ulama dan bahkan pendidikan formal Ma’arif dari mulai MI, MTS dan Aliyah.
Ketiga Kesehatan; kesehatan masih menjadi masalah yg sangat serius Walaupun public service yg Pemerintah buat seperti BPJS belum sampai maksimal, maka dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam pelayanan public khusus nya kesehatan. Seandainya instrument agama dalam percepatan Penanggulangan kemiskinan tentunya akan lebih memberikan dampak yg lebih luas.
Move on itu kunci, seperti yang Allah ajarkan dalam Quran "sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka akan merubahnya sendiri. QS. 13-11. Tuntutan untuk bergerak dan bangkit maju menjadi kunci perubahan terlebih merubah kemandirian masyarakat. Komitmen warga nahdliyyin untuk mandiri ini ibarat penyakit sudah mewabah, mulai dari kabupaten Sukabumi Jawa barat yang sudah berhasil menjalankan program membumikan sedekah dan bisa membuat klinik warga serta banyaknya mobil ambulance dalam melayani masyarakat, dan sekarang kabupaten Sragen Jawa Tengah yang berhasil mengumpulkan KOIN untuk kemandirian masyarakat mulai dari pembangunan Rumah Sakit dan sampai membuat usaha tour and travel yang dalam waktu satu bulan saja koin itu bisa untuk membeli satu Unit Mobil Bus untuk transportasi. Juga kita bisa lihat di Kabupaten Jombang Jawa timur yang mempunyai program menengok orang sakit di rumah sakit dan selalu di santunin.
Jadi orang NU itu Harus Cerdas, kata Ketua Umum PBNU Prof Dr. KH. Said Aqil Sirodj. Syiar untuk dakwah di semua lini kehidupan sekarang itu harus dengan media sosial, ud’u ila sabili Robbika bil MEDSOS. Media sosial menjadi wasilah atau perantara, menyambungkan antara agama dan realitas kehidupan sehingga dakwah Nahdlatul Ulama akan selalu adaptif di sepanjang zaman dan semua lini kehidupan masyarakat. Semangat rahmatan lil alamin akan selalu menjiwai dan mengakar di semua benak akal pikiran masyarakat sehingga cerdas saja tidak cukup tapi harus di buktikan dengan program nyata yang akan bisa dirasakan kehadiran Nahdlatul Ulama di tengah-tengah masyarakat.
*) Isi dan konten tulisan, diluar tanggung jawab redaksi.
0 Comments